Pendidikan di Tengah Pandemi, Apa Kabar?

Kevin Mahatirazikra
3 min readJul 20, 2020

--

https://images.app.goo.gl/rJAFRpDKuTbpp4Fx6

Pandemi virus Covid-19 benar-benar telah merombak tatanan sruktural kegiatan manusia, salah satunya pada sektor pendidikan.

Sampai 1 April 2020, UNESCO mencatat setidaknya 1,5 milyar anak usia sekolah yang terdampak Covid-19 di 188 negara termasuk 60 jutaan diantaranya ada di Indonesia.

Salah satu upaya kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon hal ini adalah dengan kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian Nasional untuk tahun ini.

Bahkan ditingkat perguruan tinggi direktur pembelajaran dan kemahasiswaan Kemendikbud Aris Junaidi menyampaikan bahwa Kemendikbud telah menyiapkan enam langkah dalam penyelenggaraan PJJ diantaranya dengan menyediakan platform pembelajaran daring untuk dimanfaatkan oleh perguruan tinggi dan mengakses sumber pembelajaran dari perguruan tinggi lain di https://spada.kemdikbud.go.id.

https://images.app.goo.gl/Zct3Q3ZXgedrGasS6

Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai salah satu upaya menekan angka penyebaran Coronavirus di Indonesia memaksa sektor pendidikan harus beradaptasi dengan situasi terkini.

Merombak status quo dengan menjadi lebih adaptif sangatlah diperlukan mengingat pentingnya sektor pendidikan untuk tetap berjalan.

Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan satu-satunya jalan untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia dalam mengahadapi masa depan yang penuh tantangan. Meliputi cita-cita bonus demografi Indonesia Emas 2045.

“Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today.”

— Malcolm X

Pendidikan daring di tengah pandemi seperti ini juga seharusnya bisa menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk mentransformasi sistem pendidikan bangsa ke arah yang lebih jauh ke depan.

Hal ini dikarenakan pendidikan daring menuntut setiap sektornya dari mulai tenaga pendidik, murid itu sendiri, hingga orang tua pendamping murid agar lebih meng-upgrade kemampuan khusunya dalam bidang IT menyelaraskan perkembangan teknologi yang sudah masuk ke era digital revolusi industri 4.0.

Kendala utama dalam pendidikan daring ini tidak jauh dari masalah infrastruktur bangsa kita yang belum merata dalam perkembangannya. Masih banyak daerah yang kesulitan dalam mengakses jaringan yang notabenenya menjadi penentu utama dalam keberlangsungannya pembelajaran daring.

Hal senada juga dikatakan Joni Effendi selaku kepala sekolah SD Darussalam Agats, Kabupaten Asmat, Papua kepada DW indonesia, bahwa komunikasi adalah kendala utama proses belajar mengajar di rumah. Joni mengatakatan, pertukaran pesan singkat bisa terkirim setelah beberapa menit hingga dua jam kemudian.

Selain infrastruktur, keterbatasan kemampuan finansial juga terkadang menjadi faktor penentu pembelajaran secara daring. Keluhan para peserta didik mengenai kuota yang sering habis juga menjadi hal yang menghambat dalam pelaksanaannya.

https://images.app.goo.gl/pnTegnMZTHiVnaUz6

Terlepas dari kendala yang terjadi, pendidikan secara daring di tengah pandemi dirasa merupakan cara yang paling efektif untuk tetap menjamin keberlangsungan sektor pendidikan selama menunggu untuk pembelajaran normal berlaku kembali. Mengingat sutainabilitas pendidikan merupakan kunci terhadap keberlangsungan generasi yang akan datang.

Namun penting untuk diingat bahwa pendidikan itu sendiri menurut K.H. Dewantara harus menjadi pembebas manusia untuk hidup dan memilih.

Maka dari itu seharusnya, kurangnya pemerataan sarana infrastruktur dan kesenjangan ekonomi menjadi PR besar bagi pemerintah selaku penjamin hak pendidikan warga negara. Hal ini juga semata-mata sebagai implementasi tujuan negara sesuai yang tertuang dalam pembukaan UUD1945 yang mana adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

sumber :

--

--